antihistamin h3
MAKALAH
KIMIA
FARMASI II
OLEH
:
MARIA ROSWITA WONA WULA
PO530333215706
KELOMPOK
6
JURUSAN
FARMASI
POLTEKKES
KEMENKES KUPANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Alergi adalah suatu gangguan pada sistem
imunitas atau kekebalan tubuh atas adanya benda yang diangap asing oleh tubuh.
Pada orang yang sehat, sistem imunitas berada dalam keadaan harmonis dengan
perlindungan optimal dalam mengatasi gangguan benda-benda asing dari luar tubuh
dengan memberikan reaksi tubuh terhadap adanya gangguan tersebut. Namun pada
orang yang alergi, sistem imunitas menjadi tidakseimbang, sehingga reaksi yang
dimunculkan oleh tubuh menjadi berlebihan, atau dengan kata lain disebut hipersensitif.
Karena itu, alergi disebut juga penyakit hipersensitivitas.
Benda asing penyebab alergi disebut
sebagai alergen. Pada alergi saluran pernafasan, alergen bisa berupa debu, kutu
rumah atau kutu hewan, seperti kutu kucing dan anjing, jamur, dll. Alergen
tersebut terhirup melalui udara pernafasan masuk ke dalam saluran pernafasan.
Pada alergi bahan makanan, berbagai macam makanan yang mengandung protein
tinggi seringkali menjadi penyebab alergi, seperti udang, telur, atau susu.
Obat juga bisa dianggap sebagai benda asing bagi tubuh, makaobat juga bisa
menjadi menyebakan reaksi hipersensitif.
Namun untuk menentukan jenis alergen
penyebab alergi yang spesifik pada tiap individu menjadi sulit, karena alergi
bisa terjadi hanya kepada satu jenis alergen, namun juga bisa berasal dari
banyak jenis alergen. Maka sebaiknya yang dilakukan adalah dengan mengamati dan
mencermati alergen penyebab alergi, juga sebagai alat bantu perlu dilakukan
test alergi untuk memastikan penyebab alerginya.
Ketika alergen pertama kali masuk ke
dalam tubuh kita, ia akan memicu tubuh untuk membuat antibodi yang disebut
imunoglobulin E (IgE).
IgE ini kemudian akan terikat pada sel
mast yang tersebar di tubuh kita terutama pada tempat-tempat yang sering kontak
dengan lingkungan seperti selaput lendir hidung, saluran nafas/bronkus, kulit,
mata, mukosa usus, dll. Sel mast adalah salah satu sel tubuh manusia yang
memproduksi dan bisa melepaskan suatu senyawa yang disebut histamin. Pada
kondisi tersebut tubuh dikatakan menglami “tersensitisasi”. Pada paparan
alergen berikutnya, alergen akan mengikat antibodi IgE yang sudah menempel pada
sel mast. Ikatan alergen dengan IgE yang menempel di sel mast ini akan memicu
pelepasan histamin, dan histamin inilah yang kemudian bekerja menyebabkan berbagai
reaksi tubuh seperti gatal, bentol, bengkak, sesak nafas (pada penderita asma),
batuk, dll., bahkan sampai pada reaksi yang terberat yaitu hilangnya kesadaran
yang disebut syok anafilaksis. (Syok anafilaksis terjadi karena histamin yang
dilepaskan sedemikian banyak sehingga menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh
darah (vasodilatasi), sehingga terjadi penurunan tekanan darahyang drastis dan
menyebabkan pingsan/syok).
Pada awal abad ke-19, histamine
diisolasi dari jaringan hati dan poaru-paru segar. Histamine juga ditemukan
pada berbagai jaringan tubuh. Oleh karena itu, senyawa ini dinamakan histamine
(dari karahitos,yang berarti jaringan). Histamine merupakan poroduk
dekarboksilasi dari asam amino histidin. Dalam tubuh manusia, histamine
terdapat da;lam semua jaringan. Konsentrasi histamine tertinggi terdapat dalam
paru-paru, kulit, dan saluran cerna.
Histamin adalah turunan
β-imidazoliletilamin yang pada dasarnya terdapat di dalam seluruh jaringan
mamalia. Kerja fisiologis utama histamine berpusat pada system kardiovaskular,
otot polos nonvascular, kelenjar eksokrin, dan medula adrenal. Dalam
pengetahuan umum , histamine berperan penting sebagai komponen “pembawa kimia”
pada berbagai jalur yang terlibat dalam organism multiseluler, yang
memungkinkan berkomunikasi secara efektif dan efisien. Keterbatasan histanin
dalam mediasi reaksi alergi dan hipersensitivitas serta regulasi sekresi asam
lambung memicu pengembangan golongan obat penting yang berguna dalam pengobatan
gejala-gejala yang disebabkan oleh gangguan alergi dan hipersektretori lambung.
BAB
II
ISI
II.1
Histamin
Histamin
adalah : senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel
mast dan peredaran basofil yang berperan terhadap berbagai proses fisiologis. Histamine
dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada pengikatan komplek heparin-protein
dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan
senyawa allergen. Senyawa ini dapat berupa spora, debu rumah, sinar
ultraviolet, cuaca, racun, tripsin, dan enzim, zat makanan, obat, dan beberapa
turunan amin. Histamine dapat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi,
N-metilasi, dan asetilasi.
Sumber
histamin dalam tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi
histamin. 
Histamin menimbulkan
efek yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain yaitu :
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.
2. Merangsang sekresiasam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar
4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus
5. Mempercepat kerja jantung
6. Menghambat kontraksi uterus
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.
2. Merangsang sekresiasam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar
4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus
5. Mempercepat kerja jantung
6. Menghambat kontraksi uterus
Histamin
adalah mediator kimia yang dikelurakan pada fenomena alergi, penderita yang
sensitive terhadap histamine atau mudah terkena alergi dikarenakan jumlah
enzim-enzim yang dapat merusak histamine di tubuh, seperti histaminases dan
aminooksidase, lebih rendah dari normal.
Histamine tidak digunakan untuk pengobatan,
garam fosfatnya digunakan untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung,
untuk diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi
kulit.
Pengikatan histamin pada reseptornya memacu beberapa aksi seperti respon inflamasi.
Oleh karena itu aktivitas antagonistik pada reseptor histamin ditandai pada pengikatan secara antagonis dan kompetiti fmengeblok substrat alam dari ikatan.
Histamin mempunya isifat:
-
merangsang sekresi asam lambung
-
menaikkan laju jantung
-
menghamba tkontraksi
uterus tikus
-
stimulasisel
parietal padaperut, sehingga sekresi HC lmeningkat
-
pengerutan otot polos saluran cerna
yang menyebabkan sakit epigastrik, mual muntah dan diare.
-
dilatasi arteriolpra dan pasca kapiler sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
Mekanisme
kerja histamin
Histamin
dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu
reseptor H1, H2, dn H3. Interaksi histamine dengan reseptor H1 menyebabkan
kontraksi pada otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskuler
dan meningkatkan sekresi muskus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam
sel.
Interaksi dengan reseptor H1 juga dapat menyebabkan
vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein, yang
menyebabkan sembab, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis
H1.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan efek tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2
Reseptor H3 adalah reseptor histamine yang baru ditemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan-kawan, terletak pada ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator alergi lain, peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis H3.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan efek tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2
Reseptor H3 adalah reseptor histamine yang baru ditemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan-kawan, terletak pada ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator alergi lain, peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis H3.
Tata Nama
Histamin,
diketahui secara trival sebagai 4(5-)(2-aminoetil)midazol, secara structural
terdiri atas heterosiklik imidazol dan rantai samping etilamin. Gugus metil
pada rantai samping aminoetil ditunjukkan dengan α dan β. Rantai samping
dilekatkan, melalui gugus β-CH2,pada posisi 4 cincin imidazol. N imidazol pada
posisi 3 ditunjukkan Npros(), sedangkan N pada posisi 1 menunjukkan Ntele().
Rantai samping N dibedakan sebagai Nα.
Stereokimia
Histamine
adalah molekul akiral; namun, reseptor histamine diketahui memberikan
stereoselektivitas tinggiterhadap lingan kiral. Pemodalan molecular dan
penelitian hubungan aktivitas-sterik mengenai pengaruh isomerisme
komformasional pada aktivitas histamine menunjukkan pentingnya struktur
ritameriktrans-gauchedalam aktivitas reseptor senyawa ini. Penelitian dengan
analog histamine yang secara konformasi terbatas menunjukkan bahwa saat
rotamertranshistamine memiliki afinitas baik untuk reseptor histamineH1maupun
H2, konformerguachetidak bekerja pada tempat H2.
Biosintesis dan Distribusi
Histamine
disintesis dalam granul sitoplasma sel penyimpanan utama, sel mast dan
basofilnya. Histamine dibuat secara alamiah dari asam amino, yakni S-histidin,
melalui katalisis enzim histidin dikarboksilase bergantung-piridoksal fosfat
atau asam amino, dekarboksilase aromatic. Spesifik substrat lebih tinggi untuk
HDC. Inhibitor HDC (HDCI) mengandung α-fluorometil histidin (FMH) dan flavonoid
tertentu, meskipun tak ada HCDI yang telah terbukti berguna secara klinis.
Pada
awal abad ke-19, histamine diisolasi dari jaringan hati dan poaru-paru segar.
Histamine juga ditemukan pada berbagai jaringan tubuh. Oleh karena itu, senyawa
ini dinamakan histamine (dari karahitos,yang berarti jaringan). Histamine
merupakan poroduk dekarboksilasi dari asam amino histidin. Dalam tubuh manusia,
histamine terdapat da;lam semua jaringan. Konsentrasi histamine tertinggi
terdapat dalam paru-paru, kulit, dan saluran cerna.
Histamine
berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor
histamine dibagi menjadi histamine 1 (H1) dan histamine 2 (H2). Aktivitas
reseptor H1menyebabkan kontraksi otot polos. Bronkokonstriksi paling banyak
terjadi pada pasien asma bronchial dan penyakit paruh lainnya
Metabolisme
histamin
II.2 Antihistamin
Adalah obat
yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi resptor H1, H2, H3.
Efek
antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan
atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin umumnya tidak
dapat mencegah produksi histamin.
Antihistamin
terutama bekerja dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan
resptor khas.
Berdasarkan
pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi:
1. Antagonis H1, di
gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1
sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah
dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung
resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca
misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi
kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2. Antagonis
H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita
tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing
interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam
lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping
antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis H3, sampai sekarang belum
digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan
berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan
mental
Sifat-sifat dan mekanisme kerja antihistaminika
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan
efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada
gangguan-gangguan alergi. Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa
inti molekulnya adalah etilamin, yang juga terdapat dalam molekul histamin.
Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat
pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik,misalnya antazolin.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan
dengan histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi
melakukan kegiatannya melalui persaingan substrat atau ”competitive
inhibition”. Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin
pada reaksi antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur
penerima didalam sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri
tempatnya itu. Dengan kata lain karena antihistaminik mengikat diri dengan
reseptor-reseptor yang sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah
untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat
dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk
sel-sel reseptor tersebut.
Efek samping
Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf
pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan
menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan
promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang
terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan
sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika
dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan
obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya
adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang
lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tengg orokan, gangguan-gangguan
pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian
antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini
Antihistamin generasi ketiga
Reseptor histamine H-3
ditemukan dalam otak berperan sebagai autoreseptor di sel syaraf histaminergik
presinaptik. Fungsi reseptor H-3 berperan dalam control sintesis dan pelepasan
histamine melalui penghambatanfeedback.Anti-histamin-3 sejauh belum digunakan
dalam klinik, namun baru dilakukan penelitian secara luasuntuk dikembangkan
sebagai obat pada penyakit neurodegenerative.
Antihistamin
generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit (desloratadine dan
fexofenadine) dan enansiomer
(levocetirizine). Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh
profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping
lebih minimal. Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia jantung
yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan
levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan
cetrizine atau loratadine.
-
Reseptor
histamin H3 → pelepasan neurotransmitter
neuron peptidergik
-
Hisitaminergik
-
Noradrenergik
-
Dopaminergik
-
Kolinergik
-
Serotonin
Peran antagonis reseptor histamin
H3
- Gangguan ingatan
- Gangguna hiperaktivitas
- Obesitas
- Epilepsi
reseptor h3 terdapat di
korteks serebri dan otot polos bronkus di kulit juga terdapat reseptor h3 yang
merupakan autoreseptor, mengatur pelepasan Dan sintesis histamine Contoh
obatnya adalah ciproxifan, thiopiramide dan clobenpropit.
Aktivasi
reseptor H-3 berakibat :
- Penghambatan terhadap pelepasan terhadap neurontransmiter (histamin) dan neuron-neuron histaminergik diotak.
- Hambatan pelepasan transmitter dari saraf tepi dalam sistem saraf otonom dan pleksus mienterikus
- Pengurangan influks kalsium didalam otak dan saraf perifer.
Obat
antihistamin H3
1.
Tioperamida
Antagonis H3
pertama yg poten
Efek : membangunkan (hewan)
Terjadi kemungkinan: tidur berlebihan (narkolepsi)
2.
Verongamin
Produk alami (bunga karang laut)
3.
Clobenpropit
Bersifat neuroprotektif
dengan stimulasi release GABA di otak.
S-(3-(4(5)-Imidazolyl))propyl-N-(4
4.
ABT 239
Inverse agonis reseptor H3, memiliki efek
stimulan dan neurotropik
Sudah ditetliti sebagai obat ADHD,
alzheimer, dan
5.
Ciproxifan
Antihistamin poten pada reseptor H3
Inhibitor autoreseptor pada saraf terminal
histaminergik
Terapi potensial pada gangguan tidur,
alzheimer, dan adjuvan skizofrenia
siklopropil 4- (3-(1H-imidazol-yl)
propyloxy) keton fenil
6.
Pitolisant
1-{3-[3-(4-Chlorophenyl)propoxy]propyl}piperidine
7. Iodophenopropit
3-(1H-imidazol-5-yl)propyl N'-[2-(4-iodophenyl)ethyl]imidothiocarbamate
Komentar
Posting Komentar